Sabtu, 03 Juli 2010

The Story of Masyarakat Mesir dan Sungai Niil

Bismillah..
Huy guy’s… lama ga jumpa niy...

penulis ada sebuah cerita dari bumi Mesir nih.. yang dikit banyak menyangkut tentang akidah kita..
Kalo pada mau nyimak boleh sambil ngemil, dari pada bosan di tengah jalan… . Ga ada yang nglarang kok,, Asal ga berlebihan aja.. OK??
Sippp… Lanjuuuttt.. b^_^

Simak nih,,
Okey,, pertama” aku mau ngutipin dulu nih,, apa sih sebenernya akidah itu??
(ada yang tau??.. ayoo… angkat tangan…!!)
*hloh,,,,,,, kok jadi TPA? Hhe… ok.. ok.. just kidd..
Gampangnya ni,, Akidah yaitu bagaimana dan seberapa besar kepasrahan diri, ketergantungan serta kepercayaan kita kepada Allah ta’ala…

Nah, nie die ceritanya..
Pada zaman yang telah lalu orang-orang mesir tiap tahun mereka melemparkan seorang gadis ke sungai Nil sebagai balas jasa atas air yang mengalir bagi kehidupan penduduk Mesir. Upacara pelemparan gadis itu dinamakan
‘iidu wafaa-in Niil (Hari raya balas budi sungai Nil).

Nhah,, Islam sudah menghentikan kebodohan masyarakat ini pada tahun 20 H, yaitu setelah Islam mendapatkan kemenangan atas Mesir. Ketika itu penduduk Mesir datang kepada ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu. Tepatnya, ketika masuk bulan Bu’-nah, mereka berkata kepada ‘Amr, “wahai Amir! Terhadap sungai Nil ini, penduduk Mesir memiliki sebuah kebiasaan, yang jika tidak mereka lakukan maka airnya tidak mengalir”

‘Amr bertanya, “Kebiasaan apa itu?”

Mereka berkata, “jika telah berlalu dua belas bulan, maka kami meminta seorang gadis dari kedua orang tuanya. Kami membujuk mereka, lalu kami hiasi dengan pakaian terbaik yang ada saat itu. Kemudian kami lemparkan ke Sungai Nil ini.”

‘Amr berkata, ”ini tidak ada dalam Islam. Dan Islam aka menghancurkan kebiasaan (buruk) orang-orang sebelumnya.”

Setelah berjalan 3 bulan, yakni ba-unah, abib, dan masra, maka Sungai Nil berhenti mengalir sama sekal, tidak sedikit, tidak pula banyak, hingga mereka memerlukan kejelasan tentang masalah ini. Maka ‘Amr bin al-‘Ash mengirim surat kepada ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu menceritakan keadaan tersebut. Maka ‘Umar bin al-Khaththab mengirim surat kepada ‘Amr:

“Engkau bertindak tepat. Sesungguhnya aku telah menyertakan satu kartu di dalam surat ini. Lemparkanlah kartu itu ke Sungai Nil.”

Ketika surat tersebut tiba di tangannya, ‘Amr bin al-‘Ash mengambil kartu tersebut, dan tertulis di dalamnya.

“Dari hamba Allah, “umar, pemimpin kaum mu’minin, kepada Sungai Nil penduduk Mesir.
Amma ba’du,
Jika engkau mengalir karena perintah dan kehendakmu, janganlah engkau mengalir Karena kami tidak butuh kepadamu. Namun apabila engkau mengalir dengan perintah dari Allah Yang Maha Esa, dan Dia-lah yang mengalirkanmu, maka kami telah memohon kepada-Nya agar engkau mengalirkan air.”

‘Amr bin al-‘Ash melemparkan kartu tersebu ke Sungai Nil. Maka pada hari Sabtu, Allah ta’ala telah mengalirkan air Sungai Nil setinggi enam belas meter, dan ini hanya perlu satu malam saja.

dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

(QS. Al-Isra’ : 81)

Tidak ada komentar: